Translate

Selasa, 27 Maret 2012

Можно ведь и не веруя в бога любить человечество!!


*Mozhna ved i nye veruya ve Boga lyubit chelovetsvo!! 
 (Adalah mungkin untuk mencintai manusia tanpa harus percaya Tuhan!!)

Ungkapan dari seorang anak bernama Illusya dalam novel The Brothers Karamazov ini kiranya merupakan pertanyaan yang akan selalu mengusik kita sebagai manusia. Perlukah Tuhan diagungkan agar manusia menjadi lebih manusiawi? Atau sebagaimana yang “diimani” oleh Sartre, Tuhan hanyalah penghambat manusia dalam mewujudkan kemanusiaannya. Adakah Tuhan adalah lawan dari manusia?Tentu pemikiran, yang kemudian menjadi perdebatan, ini akan terus berlanjut selama manusia mencari makna hidupnya.




Minggu, 11 Maret 2012

Riwayat Dostoevsky


Di tengah-tengah alun-alun Semenovsky pada 22 Desember 1849, pukul 07.00, 15 orang yang telah dijatuhi hukuman mati akibat kegiatan politik mereka, berjalan dari penjara menuju lapangan untuk dieksekusi. Dinginnya udara pagi dan bersalju mungkin sudah tidak lagi terasa oleh mereka saat petugas penjara mengumumkan bahwa mereka akan menerima hukuman mati dengan cara ditembak. Dostoevsky ada di antara mereka yang akan menemui ajalnya pagi itu. Dalam kepasrahannya menemui sang maut, matanya terpaku menatap menara gereja yang terkena sinar matahari. “Di sanalah, di sanalah di tempat sinar itu berasal, di situlah sebentar lagi aku akan tiba” bisik batinnya. Tak kuasa ia pun memeluk mereka yang ada di sebelahnya untuk sekedar mengucapkan perpisahan terakhir.
Semua tahanan terdiam menunggu maut. Dostoevsky terngiang akan kehidupan yang telah dijalaninya selama ini. Bayang-bayang akan Moskow, tempat ia lahir pada tanggal 30 Oktober 1821, terlintas dibenaknya. Saat-saat indah piknik di pedesaan bersama ibu dan kakaknya Mikhail. Sang ibu yang sangat lembut dan kontras dengan ayahnya, seorang dokter pemerintah yang gemar mabuk dan main perempuan. Ia memejamkan mata untuk sekedar menyingkirkan bayang-bayang masa lalu tersebut, tetapi bayang-bayang lain mulai menampakkan diri. Bayangan itu adalah saat sang ayah menjadi korban pembunuhan dari para pekerja perkebunan mereka. Rasa geram dan sedih mulai bangkit dan memeluk dirinya karena pembunuhan tersebut tidak pernah dituntaskan polisi. Para aparat tersebut menolak untuk menangkap mereka yang membunuh ayahnya dengan alasan bahwa tidak mungkin menangkap dan memenjarakan seluruh desa.
Ia ingin berteriak tetapi bibir dan lidahnya terasa kaku dan beku karena udara dingin yang bersalju di bulan Desember. Ia melihat ke sekitarnya, tampak para petugas yang sedang bersiap untuk mengeksekusi mereka dan juga teman-teman sesama tahanan yang bernasib sama dengan dirinya. Dostoevsky menoleh lagi ke arah menara gereja, di situ ia melihat bayang-bayang dirinya saat berusia tujuh belas tahun. Saat itu ia masuk sekolah teknik militer di St. Petersburg dan berkenalan dengan kawan-kawan yang kerap berbagi buku-buku puisi dan novel. Di asrama ia mulai berkenalan dengan karya-karya penulis besar seperti Homer, Goethe, Schiller, Corneille, Racine, Gogol, dan juga Victor Hugo.
Karya-karya penulis besar tersebut telah mengubah hidup Dostoevsky. Setelah lulus dari sekolah, ia tidak lagi menginginkan karier di dunia militer. Sebaliknya ia justru mulai berambisi untuk menjadi penulis. Pada tahun 1845 ia menghasilkan karya sastra pertamanya yang berjudul ‘Orang-Orang Miskin’ (Bednie Lyudi). Terbayang saat ia memberikan naskah itu pada temannya, D.V. Grigorievitch. Rupanya setelah membaca naskah itu sang teman tersebut sangat terkesan dan membawanya ke Edward Nekarnoff, seorang editor. Bayang-bayang akan kedua orang tersebut nampak jelas dalam benaknya. Mereka berdua, pada pukul 04.00 dini hari mengetuk pintu rumahnya dan memintanya untuk menerbitkan karya tersebut. Kalimat yang mereka ucapkan tampak seperti baru kemarin didengarnya, “Kami tidak perduli apakah engkau tidur. Kami memang berniat membangunkanmu karena karya ini melebihi tidur-mu.” Setelah terbit tahun 1846, karya ini banyak dipuji para kritikus sastra saat itu. Salah seorang yang memujinya saat itu ialah Belinsky, seorang yang sangat berpengaruh dan disegani oleh para penulis saat itu.
Suksesnya ‘Orang-Orang Miskin’ membuat Dostoevsky menjadi seorang yang terkenal dan ia pun masuk ke dalam golongan penulis papan atas. Ia mulai mengenal penulis-penulis lain dan mulai terlibat dalam kelompok Petrashevsky. Dalam kelompok inilah Dostoevsky mulai akrab dengan pemikiran Sosialisme Fourier. Mereka kerap kali berkumpul untuk berdiskusi mengenai masalah-masalah politik baik yang terjadi di Rusia maupun yang terjadi di negara-negara lain. Selain masalah politik mereka juga berdiskusi mengenai karya-karya sastra revolusioner yang mengkritik kebijakan Tsar pada masa itu.
Kini Dostoevsky tertunduk membayangkan bagaimana pada hari itu, tanggal 23 April 1846, ia ditangkap karena aktivitas politik yang diikutinya. Saat itu ia dituduh terlibat dalam konspirasi untuk menjatuhkan Tsar dan tuduhan itu diperkuat dengan bukti ia membacakan surat dari Nikolas Gogol yang berisi kecaman terhadap pemerintah pada pertemuan kelompok Petrashevsky. Ia ditangkap bersama dengan 34 orang temannya. Namun, setelah pemeriksaan, hanya 28 orang saja yang menjalani proses pengadilan, sedangkan sisanya diperbolehkan pulang. Ia merupakan salah seorang dari mereka yang menjalani proses penyidikan. Setelah menjalani persidangan, pengadilan memutuskan 7 orang dibuang ke Siberia, 15 orang dihukum tembak, dan 6 orang lainnya dibebaskan. Sejak saat itu, Dostoevsky harus menerima bahwa ia adalah salah seorang yang mengetahui kapan dan bagaimana ia akan mati.
Saat itu pakaian para tahanan sudah dilepaskan. Mereka dengan diselimuti dinginnya pagi hari menunggu giliran untuk meninggalkan dunia ini. Telah dua puluh menit mereka bertelanjang dada menunggu detik-detik terakhir kehidupan. Kelima belas tahanan itu berdiri berjajar, ada tatapan cemas dan takut pada setiap mata mereka. Apa yang dapat dikatakan, tidak ada seorangpun yang pernah bersiap untuk mati. Keadaan muda dan revolusioner tidak pernah memberikan ajaran bagaimana kematian akan datang dan bagaimana kita harus bersiap menyambut kedatangan sang maut. Masing-masing harus menyambut mautnya sendiri-sendiri, dan ini adalah momen eksistensial bagi setiap orang. Menyambut kematian adalah menyambut faktisitas dari kehidupan itu sendiri. Tawanan yang akan menerima hukuman di bagi dalam regu yang masing-masing berisi tiga orang. Petrashevsky berada di dalam regu pertama yang akan menerima eksekusi. Sebelum maut menjemput, mereka mencium salib yang dibawa oleh seorang pastor sebagai simbol pertobatan.
Dor’ . Tiga tawanan mati, sementara duabelas lainnya menunggu giliran. Tidak ada lagi kata, tidak ada lagi yang dapat diungkapkan oleh keduabelas tawanan yang tersisa. Dostoevsky, yang akan menyambut peluru dari tembakan kedua, melihat temannya jatuh terkulai. Saat sang teman jatuh, Dostoevsky melihat tatapan terakhir darinya. Mata mereka saling bertemu namun tak ada lagi kata yang biasanya mengiringi tatapan seorang sahabat. Ia takut setengah mati. Beberapa saat lagi adalah gilirannya untuk pergi meninggalkan dunia ini. Beberapa saat lagi ia akan bertemu dengan sang Abadi.
Menyadari bahwa saatnya tak akan lama lagi, Dostoevsky memejamkan matanya. Ia tak sanggup untuk melihat kehidupan untuk terakhir kalinya. Tetapi, tiba-tiba terdengar suara langkah kuda berjalan membelah lapangan. Ia tidak lagi yakin apakah itu suara derap kaki kuda atau suara detak jantungnya. Ia masih menunggu datangnya maut. Langkah kuda itu kemudian terhenti. Petugas yang menungganginya melambaikan sapu tangan putih, memberi tanda dan mengatakan “Oleh karena kebaikan Yang Mulia, Tsar. Hukuman kalian diubah menjadi hukuman kerja di Siberia”.
Maut tak jadi menghampirinya, namun pengalaman menyambut maut tersebut kiranya tak akan pernah pergi sepanjang hidup para tahanan. Grigoriev, salah seorang tahanan, menjadi gila saat itu. Beberapa lainnya mengalami gangguan paru-paru, telinga dan kaki yang membeku. Dostoevsky sendiri, sejak saat itu, menderita epilepsi.
Lepas dari hukuman mati, Dostoevsky dan sebelas temannya dibawa ke Omsk, Siberia untuk menjalani hukuman kerja paksa. Tahun 1854 ia dibebaskan dari kerja paksa, tetapi ia diwajibkan untuk bertugas sebagai prajurit pada batalion tujuh di Semipalantisk. Pada masa bertugas itu ia berkenalan dengan Baron Wrangel (†1857), seorang perwira di sana. Wrangel ini demikian baik padanya, bahkan ia bersedia menjadi pengantara jika ada kiriman buku-buku dari Mikhail Dostoevsky, kakaknya. Ia juga yang membangkitkan semangat Dostoevsky untuk menulis kembali. Dalam tugas tersebut Dostoevsky akhirnya berkenalan dengan Maria Dmitrijavna Issayaf, istri dari sahabat Wrangel, yang kelak dinikahinya setelah ia menjanda. Pernikahan mereka berlangsung pada 1857, saat Dostoevsky masih bertugas sebagai prajurit.  Ia juga menulis  ‘Mimpi Pamanku’ (Dyadyushkin Son) pada tahun 1858. Hampir tiga tahun setelah pernikahan mereka, Dostoevsky dibebaskan dari tugas-tugasnya lalu ia hijrah dan menetap di St. Petersburg. Tahun 1860, di St. Petersburg ia menghasilkan dua karya, yaitu Yang Sakit dan terluka’ (Oskorblenny i raneny) dan ‘Catatan dari Rumah Orang Mati’ (Zapiski iz mertvogo doma), yang kedua merupakan memoar akan kehidupan di penjara.
Usia pernikahan mereka tidak lama karena Maria kemudian meninggal dunia akibat TBC yang dideritanya pada bulan April 1864. Di tahun yang sama, bulan Juli kakaknya Mikhail Dostoevsky juga meninggal dunia. Begitu besar rasa kehilangannya atas orang-orang yang dicintai tak membuat ia berhenti berkarya. Saat itu ia berhasil menuliskan ‘Catatan Bawah Tanah’ (Zapiski iz podpol’ya), yang merupakan novel bermuatan politik untuk melawan pemikiran Chernyshevsky.Di sini ia mengemukakan pandangannya yang menggugat rasionalitas manusia yang mau menjadi tuhan atas sesamanya. Pada tahun 1865, ia menuliskan karyanya yang berjudul ‘Kejahatan dan Hukuman’ (Prestuplenie i nakazanie) yang melukiskan bagaimana kerinduan untuk membebaskan dapat berbuah kejahatan.
Hampir seluruh kisah yang ditulisnya selepas dari penjara merupakan perenungannya atas kondisi sosial dan keimanannya. Novel terakhir Dostoevsky ‘Karamazov Bersaudara’ (Brat’ia Karamazovy) yang ditulisnya pada tahun 1878 merupakan karya terbaik yang menggambarkan konflik kepercayaan yang dilaluinya.

Kamis, 01 Maret 2012

Dostoevsky & Nietzsche

Beberapa kawan datang padaku dan dengan keyakinan mendalam mengungkapkan pendapatnya. Mereka berkata bahwa Nietzsche-lah satu-satunya filsuf yang begitu berani menggugat Tuhan. Dengan konsep Ubermensnya ia menggagas manusia baru yg lebih eksistensial dari pada konsep manusia dari filsuf lainnya.

Memang Niezsche memiliki sumbangan besar bagi filsafat manusia. Tetapi dari manakah gagasan Nietzsche itu? Mereka dengan yakin mengungkapkan bahwa Nietzsche itu dipengaruhi Schopenhauer, namun ia melampaui Schopenhauer sendiri. Tentu benar hal itu adanya. Tetapi Nietzshe juga adalah pembaca Dostoevsky. Konsep Ubermens Nietzsche dapat dilihat sebagai filosofikasi dari argumen-argumen yang terdapat di dalam karya Dostoevsky "Kejahatan dan Hukuman". Begitu juga gugatan Niezsche terhadap ketuhanan. hal itu dapat ditemukan dengan mudah di dalam Karya Dostoevsky "Karamazov Bersaudara".

Lantas jika memang argumen-argumen Nietzsche dapat ditemukan sumbernya dalam karya-karya Dostoevsky, apakah yang membedakan mereka berdua? Pada Dostoevsky, seperti yang diungkapkan Albert Camus, ia tidak hanya berhenti pada pertanyaan-pertanyaan seperti layaknya seorang filsuf. Lebih jauh ia mengungkapkan dampak-dampak yang dapat terjadi dari sebuah pemikiran.

HSS