“Akan kukatakan padamu bahwa pada
saat seseorang haus akan iman laksana ’rumput yang kering’, ia akan menemukan imannya karena kebenaran
merupakan bukti yang terdapat dalam ketidakbahagiaan. Akan kukatakan padamu
bahwa aku adalah anak dari zamanku, anak
dari ketidakpercayaan dan keraguan. Aku saat ini dan (yang kutahu) nantinya
akan tetap sama hingga akhir hayatku.
Betapa menyiksanya kehausan akan
iman ini merongrongku, bahkan hingga sekarang, di mana semakin kuat jiwaku,
semakin banyak argumen-argumen yang kutemukan untuk menyangkalnya. Dan memang
Tuhan memberikan masa-masa di mana aku dapat tenang; dalam ketenangan itu aku
mencinta dan merasa dicintai. Pada saat-saat itulah aku menyatakan kredo-ku
(pengakuan iman) sendiri, di mana segala sesuatu menjadi jelas dan kudus
bagiku. Kredo-ku ini sangat sederhana. Beginilah bunyinya: Aku percaya bahwa
tidak ada yang lebih indah, yang lebih dalam, simpatetik, masuk akal,
manusiawi, dan lebih sempurna selain Kristus; dan kukatakan pada diriku dengan
cinta bahwa bukan hanya tidak ada, tetapi tidak mungkin akan ada yang seperti
Kristus. Lebih dari itu, jika seseorang membuktikan padaku bahwa Kristus ada di
luar kebenaran, dan bahwa di dalam kenyataan kebenaran tidak terdapat pada
Kristus, aku akan tetap memilih tinggal di dalam Kristus ketimbang memilih
kebenaran.”